===============================================

Di buat sebagai sarana DATABASE bersama

Anggaplah informasi di artikel ini sebagai kepingan Petunjuk

Bisa jadi alur kisah tidak sempurna,karena petunjuknya belumlah terlengkapi

Atau mungkin kepingan dan petunjuk yang lain itu anda yang punya

mari berbagi informasi dan anda bisa berbagi di kolom komentar

Terima Kasih

===============================================

Kamis, 26 Desember 2019

Gerhana Matahari Cincin -Tanggal 26 Desember 2019 M

GERHANA MATAHARI CINCIN
Beserta Jadwal Imam & Khatib Shalat Gerhana



#REVISI WAKTU MULAI TAKBIR & SHALAT GERHANA ๐Ÿ‘‡๐Ÿ™

IN SYAA ALLAH AKAN TERJADI GERHANA MATAHARI CINCIN

PADA HARI KAMIS
Tanggal 26 Desember 2019 M

a. Kontak Awal Gerhana Antara jam: 10:03:06 - 12:34: 27 WIB
b. Pertengahan Gerhana antara jam: 11:49:34 - 13:51:22 WIB
c. Kontak Akhir Gerhana antara jam: 13:48:56 - 15:00:07 WIB

Berdasarkan Surat Edaran PP Persis tertanggal 13 Rabi'ul Awal 1441 H / 10 Desember 2019 M

Sehubungan dengan kejadian gerhana matahari cincin (cincin dan sebagian) tersebut di atas, kami anjurkan kepada seluruh jama'ah dan simpatisan Persatuan Islam serta kaum muslimin untuk melaksanakan Shalat Gerhana pada waktunya.
Untuk keseragaman pelaksanaan Shalat Gerhana dimaksud, kami atur sebagai berikut:

a. Mulai takbir: Pukul 11.00 WIB

b. Shalat Gerhana:  Ba'da Shalat Zhuhur. (dilanjutkan dengan khutbah kusuf, pengumpulan dan pembagian shadaqah).

c. Dan untuk daerah-daerah lainnya, pelaksanaan ibadah Shalat Gerhana Matahari agar disesuaikan dengan waktu Gerhana di daerah masing-masing.

Data lengkap tentang jenis dan waktu gerhana 513 kota di 34 Propinsi bisa dilihat di link : http//bit.ly/36rUqNC.

Demikianlah hal ini kami sampaikan untuk dijadikan pedoman bagi seluruh anggota dan jajaran jam'iyah serta kaum muslimin pada umumnya.

ุงู„ู„ู‡ ูŠุฃุฎุฐ ุจุฃูŠุฏูŠู†ุง ุฅู„ู‰ ู…ุง ููŠู‡ ุฎูŠุฑ ู„ู„ุฅุณู„ุงู… ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู†

KAIFIYAH (TATA CARA) SHALAT GERHANA

#Shalat Kusuf (di waktu ada Gerhana Matahari) dan Khusuf (di waktu ada Gerhana Bulan)

Hal Yang Berkaitan Dengan Terjadinya Gerhana
Pada waktu terjadinya selain Shalat Gerhana dua raka'at, ada perintah:

1- Berkhutbah (seperti khutbah Jum'at, tetapi tidak ada duduk antara dua khutbah, hanya sekali khutbah), setelah shalat dengan memberi nasihat apa yang perlu di waktu itu, menerangkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla yang Maha Besar, dan mengingatkan, bahwa gerhana itu terjadinya bukan karena mati atau hidupnya seseorang, melainkan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah ุนุฒ ูˆุฌู„ yang ditunjukkan kepada kita.

2- Membanyakan menyebut asma Allah ุนุฒ ูˆุฌู„ (bertakbir) dengan mengingat kekuasaan-Nya.

3- Berdo'a meminta sekalian apa yang hendak diminta, dan minta ampun dari dosa.

4- Bershodaqoh

5- Memerdekakan hamba sahaya (kalau ada).

Kaifiyah /Tata Cara Shalat Gerhana

Shalat gerhana itu, dua raka'at berjama'ah dengan tidak ada adzan dan iqomah.
Shalatnya seperti Shalat Shubuh, tetapi di tiap-tiap raka'at ditambah satu ruku', yaitu sesudah bangkit dari ruku' dengan membaca "Sami'allahu liman hamidah" dan "Rabbanaa walakal hamdu" terus (qiyam) berdiri dan dilanjutkan membaca al-Fatihah dan Surat lagi, sesudahnya kemudian ruku' lagi, lalu bangkit dari ruku', lalu sujud lalu duduk lalu sujud, demikianlah selanjutnya pada raka'at kedua.

Jadi Shalat Gerhana itu dua raka'at dengan empat ruku' dan empat sujud.

Dalil-dalil Shalat Gerhana

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ุฃَู†َّ ุงู„ุดَّู…ْุณَ ุฎَุณَูَุชْ ุนَู„َู‰ ุนَู‡ْุฏِ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูَุจَุนَุซَ ู…ُู†َุงุฏِูŠًุง ุจِุงู„ุตَّู„ุงَุฉُ ุฌَุงู…ِุนَุฉٌ، ูَุชَู‚َุฏَّู…َ ูَุตَู„َّู‰ ุฃَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ูِู‰ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ูˆَุฃَุฑْุจَุนَ ุณَุฌَุฏَุงุชٍ

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha (berkata): "Bahwasanya Matahari terjadi gerhana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau mengutus penyeru mengajak orang-orang berkumpul untuk shalat, kemudian beliau berdiri shalat empat ruku' dalam dua raka'at dan empat sujud". [H.R. al-Bukhari: 1066 & Muslim: 2131]

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚َุงู„َุชْ: ุฎَุณَูَุชِ ุงู„ุดَّู…ْุณُ ูِู‰ ุญَูŠَุงุฉِ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูَุฎَุฑَุฌَ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู…َุณْุฌِุฏِ ูَู‚َุงู…َ ูˆَูƒَุจَّุฑَ ูˆَุตَูَّ ุงู„ู†َّุงุณُ ูˆَุฑَุงุกَู‡ُ، ูَุงู‚ْุชَุฑَุฃَ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ِุฑَุงุกَุฉً ุทَูˆِูŠู„َุฉً ุซُู…َّ ูƒَุจَّุฑَ ูَุฑَูƒَุนَ ุฑُูƒُูˆุนًุง ุทَูˆِูŠู„ุงً ุซُู…َّ ุฑَูَุนَ ุฑَุฃْุณَู‡ُ ูَู‚َุงู„َ: « ุณَู…ِุนَ ุงู„ู„ู‡ُ ู„ِู…َู†ْ ุญَู…ِุฏَู‡ُ ุฑَุจَّู†َุง ูˆَู„َูƒَ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ » . ุซُู…َّ ู‚َุงู…َ ูَุงู‚ْุชَุฑَุฃَ ู‚ِุฑَุงุกَุฉً ุทَูˆِูŠู„َุฉً ู‡ِู‰َ ุฃَุฏْู†َู‰ ู…ِู†َ ุงู„ْู‚ِุฑَุงุกَุฉِ ุงู„ุฃُูˆู„َู‰ ุซُู…َّ ูƒَุจَّุฑَ ูَุฑَูƒَุนَ ุฑُูƒُูˆุนًุง ุทَูˆِูŠู„ุงً ู‡ُูˆَ ุฃَุฏْู†َู‰ ู…ِู†َ ุงู„ุฑُّูƒُูˆุนِ ุงู„ุฃَูˆَّู„ِ ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: « ุณَู…ِุนَ ุงู„ู„ู‡ُ ู„ِู…َู†ْ ุญَู…ِุฏَู‡ُ ุฑَุจَّู†َุง ูˆَู„َูƒَ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ». ุซُู…َّ ุณَุฌَุฏَ ، ุซُู…َّ ูَุนَู„َ ูِู‰ ุงู„ุฑَّูƒْุนَุฉِ ุงู„ุฃُุฎْุฑَู‰ ู…ِุซْู„َ ุฐَู„ِูƒَ ุญَุชَّู‰ ุงุณْุชَูƒْู…َู„َ ุฃَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ูˆَุฃَุฑْุจَุนَ ุณَุฌَุฏَุงุชٍ ، ูˆَุงู†ْุฌَู„َุชِ ุงู„ุดَّู…ْุณُ ู‚َุจْู„َ ุฃَู†ْ ูŠَู†ْุตَุฑِูَ ุซُู…َّ ู‚َุงู…َ ูَุฎَุทَุจَ ุงู„ู†َّุงุณَ ูَุฃَุซْู†َู‰ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุจِู…َุง ู‡ُูˆَ ุฃَู‡ْู„ُู‡ُ ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: « ุฅِู†َّ ุงู„ุดَّู…ْุณَ ูˆَุงู„ْู‚َู…َุฑَ ุขูŠَุชَุงู†ِ ู…ِู†ْ ุขูŠَุงุชِ ุงู„ู„ู‡ِ ู„ุงَ ูŠَุฎْุณِูَุงู†ِ ู„ِู…َูˆْุชِ ุฃَุญَุฏٍ ูˆَู„ุงَ ู„ِุญَูŠَุงุชِู‡ِ ูَุฅِุฐَุง ุฑَุฃَูŠْุชُู…ُูˆู‡َุง ูَุงูْุฒَุนُูˆุง ู„ِู„ุตَّู„ุงَุฉِ »

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Raslullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar ke masjid kemudian berdiri dan bertakbir dan orang-orang pun berbaris di belakangnya, lalu beliau membaca dengan bacaan yang panjang kemudian takbir sambil ruku' dengan ruku' yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, rabbanรข lakal hamdu' lalu beliau berdiri lalu membaca dengan bacaan yang panjang tetapi kurang dari bacaan yang pertama, kemudian takbir sambil ruku' dengan ruku' yang panjang tetapi kurang dari ruku' yang pertama, (kemudian mengangkat kepalanya) sambil mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, rabbanรข lakal hamdu' lalu beliau sujud (dua kali sujud) kemudian beliau melakukan pada raka'at yang selanjeutnya seperti itu hingga sempurna dikerjakan empat raka'at dan empat sujud dan gerhana Matahari pun berakhir sebelum beriau berpaling, kemudian beliau berdiri dan berkhutbah memuji dan menyanjung Allah sengan sepantasnya, dan beliau bersabda: "Sesungguhnya Matahari dan Bulan dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah bersegera melaksanakan shalat (gerhana)". [H.R. al-Bukhari: 5197 & Muslim: 2129]

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِู‰َّ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฌَู‡َุฑَ ูِู‰ ุตَู„ุงَุฉِ ุงู„ْุฎُุณُูˆูِ ุจِู‚ِุฑَุงุกَุชِู‡ِ ูَุตَู„َّู‰ ุฃَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ูِู‰ ุฑَูƒْุนَุชَูŠْู†ِ ูˆَุฃَุฑْุจَุนَ ุณَุฌَุฏَุงุชٍ.

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha (ia berkata): "Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaannya pada shalat gerhana, beliau shalat empat ruku' dalam dua raka'at dan empat sujud". [H.R. al-Bukhari: 1065 & Muslim: 2131]

Anjuran Bershadaqah, Istighfar, Dan Dzikir Pada Kejadian Gerhana, Dan Keluar Waktu Selesai Shalat Dengan Keadaan Terang

ุนَู†ْ ุฃَุณْู…َุงุกَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚َุงู„َุชْ: ู„َู‚َุฏْ ุฃَู…َุฑَ ุงู„ู†َّุจِู‰ُّ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุจِุงู„ْุนَุชَุงู‚َุฉِ ูِู‰ ูƒُุณُูˆูِ ุงู„ุดَّู…ْุณِ .

Dari Asma' Radhiyallahu 'anha, ia berkata: "Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan memerdekakan hamba sahaya pada hari terjadi gerhana Matahari". [H.R. al-Bukhari: 1054]

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِู‰َّ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚َุงู„َ: « ุฅِู†َّ ุงู„ุดَّู…ْุณَ ูˆَุงู„ْู‚َู…َุฑَ ุขูŠَุชَุงู†ِ ู…ِู†ْ ุขูŠَุงุชِ ุงู„ู„ู‡ِ ، ู„ุงَ ูŠَู†ْุฎَุณِูَุงู†ِ ู„ِู…َูˆْุชِ ุฃَุญَุฏٍ ูˆَู„ุงَ ู„ِุญَูŠَุงุชِู‡ِ ، ูَุฅِุฐَุง ุฑَุฃَูŠْุชُู…ْ ุฐَู„ِูƒَ ูَุงุฏْุนُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ูˆَูƒَุจِّุฑُูˆุง ، ูˆَุตَู„ُّูˆุง ูˆَุชَุตَุฏَّู‚ُูˆุง »

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha: Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Matahari dan Bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terjadi gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah berdo'a kepada Allah SWT., bertakbir, shalat, dan bershadaqah". [Muttafaq Alaih]

ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ู…ُูˆุณَู‰ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ: ุฎَุณَูَุชِ ุงู„ุดَّู…ْุณُ ، ูَู‚َุงู…َ ุงู„ู†َّุจِู‰ُّ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูَุฒِุนًุง ، ูŠَุฎْุดَู‰ ุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุงู„ุณَّุงุนَุฉُ ، ูَุฃَุชَู‰ ุงู„ْู…َุณْุฌِุฏَ ، ูَุตَู„َّู‰ ุจِุฃَุทْูˆَู„ِ ู‚ِูŠَุงู…ٍ ูˆَุฑُูƒُูˆุนٍ ูˆَุณُุฌُูˆุฏٍ ุฑَุฃَูŠْุชُู‡ُ ู‚َุทُّ ูŠَูْุนَู„ُู‡ُ ูˆَู‚َุงู„َ « ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุขูŠَุงุชُ ุงู„َّุชِู‰ ูŠُุฑْุณِู„ُ ุงู„ู„ู‡ُ ู„ุงَ ุชَูƒُูˆู†ُ ู„ِู…َูˆْุชِ ุฃَุญَุฏٍ ูˆَู„ุงَ ู„ِุญَูŠَุงุชِู‡ِ ، ูˆَู„َูƒِู†ْ ูŠُุฎَูˆِّูُ ุงู„ู„ู‡ُ ุจِู‡ِ ุนِุจَุงุฏَู‡ُ ، ูَุฅِุฐَุง ุฑَุฃَูŠْุชُู…ْ ุดَูŠْุฆًุง ู…ِู†ْ ุฐَู„ِูƒَ ูَุงูْุฒَุนُูˆุง ุฅِู„َู‰ ุฐِูƒْุฑِู‡ِ ูˆَุฏُุนَุงุฆِู‡ِ ูˆَุงุณْุชِุบْูَุงุฑِู‡ِ »

Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Telah terjadi gerhana Matahari, (di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka Nabi saw. berdiri dengan terkejut, beliau khawatir terjadi kiamat, lalu beliau menuju masjid, kemudian beliau shalat dengan berdiri, ruku', dan sujud yang sangat lama, saya melihat beliau melakukannya, kemudian beliau bersabda: "Ini adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang Allah tunjukkan bukan dikarenakan kematian seseorang dan hidupnya, tetapi Allah pemperingatkan hamba-hamba-Nya dengannya, maka apabila kalian melihat sesuatu dari itu maka bersegeralah bangun untuk mengingat-Nya, berdo'a kepada-Nya, dan memohon ampun (dari dosa dan kesalahan) kepada-Nya". [H.R. al-Bukhari: 1059 & Muslim: 2156]

Wallahu A'lam
#hajar
===============================================

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Rabu (25/12/2019) merilis 25 kota/kabupaten di 7 provinsi yang disambangi gerhana matahari cincin beserta perkiraan waktu puncak gerhana. Berikut ini daftarnya:

1. Aceh (Sinabang 11.55 WIB, Singkil 12.00 WIB)

2. Sumatera Utara (Sibolga, Pandan, Tarutung 12.04 WIB; Padang Sidempuan, Sipirok 12.06 WIB; Gunung Tua 12.07 WIB, Sibuhuan 12.08 WIB)

3. Riau (Pasir Pengaraian 12.10 WIB, Dumai 12.14 WIB, Bengkali dan Siak Sri Indrapura 12.16 WIB;
Selat Panjang 12.19 WIB)

4. Kepulauan Riau (Tanjung Pinang 12.26 WIB, Tanjung Balai Karimun 12.21 WIB, Batam 12.24 WIB, Bandar Seri Bentan 12.26 WIB)

5. Kalimantan Barat (Mempawah dan Singkawang 12.42 WIB, Sambas 12.43 WIB, Bengkayang 12.42 WIB, Putussibau 12.55 WIB)

6. Kalimantan Timur (Tanjungredep 13.10 WIB)

7. Kalimantan Utara (Tanjungselor 13.10 WIB)
=================================================

PANDUAN LENGKAP IBADAH GERHANA

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa saat terjadi peristiwa gerhana, baik matahari maupun bulan, umat Islam disyariatkan untuk menyambutnya dengan pelaksanaan ibadah, meliputi: (1) berdoa kepada Allah dan beristigfar, (2) bertakbir, (3) Salat gerhana sebanyak 2 rakaat. Keistimewaan shalat gerhana karena pada setiap rakaat disyariatkan membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya sebanyak 2 kali, begitu pula dengan ruku. Jadi, dalam 2 rakaat itu terdapat 4 fatihah, 4 surat, 4 ruku, 4 I’tidal, dan 4 sujud, (4) Khutbah gerhana, dan (5) bersedekah.

Di sini perlu disampaikan catatan bahwa tertib urutan pelaksanaan bentuk-bentuk ibadah di atas, selain khutbah setelah shalat, bukanlah kemestian. Sebab hasil penelusuran terhadap hadis-hadis tentang itu menunjukkan urutan yang bervariasi. [1]

I. Bertakbir

Berkenaan dengan takbir gerhana kita mendapatkan petunjuk dari sejumlah riwayat yang menjelaskan perintah takbir pada saat kejadian itu semuanya menggunakan kalimat yang sama: Kabbiruu (bertakbirlah). Adapun redaksi Takbir gerhana dan teknis pelaksanaanya sama dengan takbir iedul fitri dan iedul adha. Penjelasan lengkap baca di sini.

II. Berdoa dan Istigfar

Berkenaan dengan berdoa ketika terjadi gerhana kita mendapatkan petunjuk dari sejumlah riwayat yang menjelaskan perintah berdoa pada saat kejadian itu menggunakan kalimat yang tidak sama. [2] Intinya kita diperintahkan untuk berdoa, berdzikir, dan beristigfar. Ketika berdoa disyariatkan sambil mengangkat tangan. [3]

III.Shalat Gerhana

3.1. Ketentuan Shalat Gerhana

Waktu melakukan shalat gerhana adalah selama terjadinya gerhana, apabila gerhana telah selesai sedang shalatnya belum selesai maka hendaklah shalatnya dipendekkan dan tetap disempurnakan, namun tidak lagi dipanjangkan. Apabila shalat selesai namun gerhana belum selesai maka tidak disyari’atkan untuk mengulang shalatnya, tapi memperbanyak dzikir dan do’a sampai gerhana selesai. [4]Disyari’atkan untuk melakukannya secara berjama’ah di masjid, namun dibolehkan untuk melakukannya di tempat selain masjid, namun tetap dengan berjamaah. [5]Disunnahkan menyeru manusia untuk shalat dengan ucapan: “Ash-Shalaatu Jaami’ah.” Tidak ada adzan dan iqomah untuk shalat gerhana selain seruan tersebut, dan boleh diserukan berulang-ulang. [6]

3.2. Tatacara Shalat

Adapun tatacara pelaksanaan shalat itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut

Berniat dalam hati untuk shalat gerhana karena Allah ta’alaTakbiratul ihram.Membaca doa iftitah dan ta’awwudz secara pelan (sir).Membaca Al-Fatihah dan surat lain secara keras, dan hendaklah memanjangkan bacaan, yaitu memilih surat yang panjang.Bertakbir lalu ruku’ dan memanjangkan ruku’, yaitu membaca bacaan ruku’ dengan mengulang-ngulangnya.Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan, ”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca, ”Rabbana walakal hamdu,” dengan posisi tangan menjulur (irsal) tidak langsung sedekap.Setelah itu tidak turun sujud, namun kembali membaca Al-Fatihah dan surat panjang, akan tetapi lebih pendek dari yang pertama, dengan posisi tangan bersedekap.Bertakbir lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama.Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan, ”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca, ”Rabbana walakal hamdu.” Dan hendaklah memanjangkan berdiri I’tidal iniBertakbir lalu sujud dengan sujud yang panjang, yaitu dengan mengulang-ngulang bacaan sujud dan berdoa.Kemudian bangkit untuk duduk di antara dua sujud seraya bertakbir, lalu duduk iftirasy dan hendaklah memanjangkan duduknya.Kemudian sujud kembali seraya bertakbir dan hendaklah memanjangkan sujud, namun lebih pendek dari sujud sebelumnya.Bangkit ke raka’at kedua seraya bertakbir, setelah berdiri untuk rakaat kedua maka lakukanlah seperti pada raka’at yang pertama, namun lebih pendek dari raka’at yang pertamaKemudian duduk tasyahhud, membaca shalawat, dan salam ke kanan dan ke kiri.

IV. Khutbah dan Anjuran menyimaknya

Setelah itu disunnahkan bagi imam berkhutbah kepada jamaah untuk mengingatkan mereka bahwa gerhana matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah untuk mempertakuti hamba-hamba-Nya dan agar mereka memperbanyak dzikir dan sedekah. Baca khutbah Nabi selengkapnya di sini

V. Bershadaqah

Berkenaan dengan shadaqah gerhana kita mendapatkan petunjuk dari sejumlah riwayat yang menjelaskan perintah bershadaqah pada saat kejadian itu semuanya menggunakan kalimat yang sama: watashadduu (bershadaqahlah), tanpa penjelasan tanpa batasan mustahiq atau dikhususkan pada fakir dan miskin. Jadi, distribusi atau penyaluran shadaqah gerhana tidak dibatasi untuk mustahiq tertentu dan diusahakan pelaksanaanya selama waktu gerhana berlangsung atau tidak lama setelahnya.

( Sumber:
http://www.sigabah.com/beta/panduan-lengkap-ibadah-gerhana/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar